Hari ini saya berkendara jauh dari rumah untuk mengikuti tes kemahiran bahasa Indonesia. Ada yang sedang ingin saya isengi (iseng, sebab keseriusan hanya hak Tuhan). Ternyata tesnya tidak semudah yang saya kira. Bagus juga ya, ada uji kebahasaan begitu dan kalau bisa diterapkan menjadi tes dasar di tiap keperluan tentu akan jadi lain, kemampuan dan pandangan awam tentang bahasa Indonesia itu. Tapi saya tidak hendak membahas bahasa Indonesia. Saya tidak juga hendak membahas sesuatu khusus yang saya jumpai di jalan. Panas matahari, jalan berbelok tiba-tiba ke swalayan sementara awalnya ingin mengunjungi sebuah candi, jeruk lemon yang saya beli, atau, apa-apa yang ada. Saya tidak sedang ingin membahas apa-apa yang ada. What is being absence. Saya ingat ada kalimat semacam itu dalam buku Jonathan Culler, Structuralist Poetic , 1975. Tentang puisi lirik, kata Culler, puisi itu lengkap dalam dirinya, termasuk juga segala yang tidak ada. Bagaimana dengan membaca yang ada kita bisa diara...
Impresi-impresi aneh selama menjadi pembaca (dan penulis)