kalau
aku cemburu kota ini mengerucut di bibirku
jalanan
pun terlahir dalam rupa paling buruk dan kasar
sebuah
pasar kekejian di mana setiap bunyi saling menyahut kutukan
duh,
cahaya, hijau merkuri, pohon-pohon tegak
membentuk
pagar antara kita – orang-orang tertegun
menatap
angin berubah di pelataran plaza – menjelma sepasang mata
pisau
dalam mimpi dan aku terluka tanpa darah
sementara
kewarasan terpencil jauh di sebuah taman kering
pendengaranku
terdesak di jalur migrasi lebah
aku
hilang menuju sarang kekosongan
adakah
aku bunyi terakhir sayap yang dikepakkan
mencipta
badai di sebuah kamar yang pernah hangat temaram
adakah
lidahku, pikiranku, mimpi kelaparan akan madu
embun
air mata suci yang membawakan seluruh sari malam
adalah
mimpi tanpa gemintang
pada
hatiku kucium kematian tapi cinta adalah kotak kaca
menangkal
peluru maut ke arahku dan aku terperangkap
mencintaimu,
sementara jalanan menjelma medan laga
hasratku
bersembunyi dalam ketaklukan, menonton puluhan jiwa
terbang
melintas di hadapan, mereka titik cahaya hijau dan lembut
seperti
kapuk pecah di malam hari, merambati pelan langit
jiwa
mereka menggantikan penghuni langit, puluhan jiwa terbebas
di
antara puluhan jiwa sekarat
siasatmu
mengikat jiwa-jiwaku yang sekarat
kematian
yang murni dan memuaskan, bilakah datang padaku – duh, jam kota
dengarkan
ia menempati dada seperti tumbukan jagal
kalau
aku cemburu, kota ini adalah ciumanku yang panjang padamu
yang
terjatuh di jalanan ketika segaris muslihat seperti bintang berekor
luntur
dari langit barat, menyekat seperti tangan begal di leher orang putus asa
2017
Komentar
Posting Komentar