Di seberang sungai belakang kampus, saya melihat serimbun pohon bunga matahari. Saya sering duduk di sisi sungai itu, tapi selama dua bulan ini, sesuatu sering mengurung saya di kamar sendiri. Saya mendadak bahagia, siapa yang berbaik hati menanamnya di sana, di antara parkiran motor, semak, dan dinding bekas rumah dinas dosen yang luluh lantak. Langsung saja saya mengajak seorang teman untuk memetik bunga matahari itu. Ternyata di area parkir belakang kampus, tumbuh beberapa pohon juga. Berarti benar ada yang sengaja menanamnya di sana. Kami perlu berhati-hati dalam misi ini. Setangkai matahari gemuk memamerkan wajah pada kami. Aih, alangkah cantiknya. Kami petik sini petik sana. Sambil awas kalau-kalau seseorang menegur kami dari belakang. Saat merasa cukup, kami kumpulkan bunga matahari hasil petikan itu menjadi serangkai. Teman saya berkelakar, "sekarang aku siap jadi pengantin." Kami berjalan ke luar area parkir di saat yang sama seorang laki-laki tua melintas ...
Impresi-impresi aneh selama menjadi pembaca (dan penulis)