Makin tua saya makin gagap merespon orang asing. Semacam kehilangan mekanisme mencerna eksistensi orang lain. Apalagi pada momen-momen di mana saya sendiri bersentuhan langsung dengan ruang baru yang tidak mengijinkan pembacaan personal. Mungkin karena dalam situasi itu sebenarnya bukan orang lain yang gagal terproyeksi dalam kesadaran saya, tetapi lebih bahwa saya gagal menangkap proyeksi diri saya sendiri ketika berhadapan dengan mereka. Diri saya yang sebenarnya.
Tidak nyaman berada dalam ruang yang berlapis-lapis ini. Dan orang lain membuat saya jauh dari diri saya sendiri.
Saya tidak bisa dengan mudah menyerah dan terbuka. Sebab kepala saya selalu bekerja untuk membaca dan memberi makna atas sebuah kehadiran, dan saya sering kali menemukan sebuah kesia-siaan, kekosongan, tiap kali saya membaca seseorang. Sebuah keberadaan yang tidak penting. Saya menjadi otomatis bertahan di sisi saya, sekuat mungkin tidak terjerumus bersama mereka.
2019
Tidak nyaman berada dalam ruang yang berlapis-lapis ini. Dan orang lain membuat saya jauh dari diri saya sendiri.
Saya tidak bisa dengan mudah menyerah dan terbuka. Sebab kepala saya selalu bekerja untuk membaca dan memberi makna atas sebuah kehadiran, dan saya sering kali menemukan sebuah kesia-siaan, kekosongan, tiap kali saya membaca seseorang. Sebuah keberadaan yang tidak penting. Saya menjadi otomatis bertahan di sisi saya, sekuat mungkin tidak terjerumus bersama mereka.
2019
Komentar
Posting Komentar