datan supe angolah rasa rasa ingkang tumandang swara Gamelan, kata seorang kekasih, bekerja dalam laras kebersamaan. Demung mengisi saron, saron mengisi peking, peking mengisi demung juga. Tiap kali saya mendengarkan tabuhan, selalu ada yang terasa ikut mericik dalam jiwa saya. Terpecah dalam sejumlah lintasan. Seperti sebuah sungai yang tiap partikel airnya punya trayek sendiri-sendiri. Ada yang menabrak batu, ada yang terbelai akar, ada yang menghanyutkan selembar daun. Bunyi sungai terjadi dari tetabuhan air yang hidup dan bebas. Gamelan juga, terjadi karena tiap instrumennya tidak diciptakan untuk main solo. Tidak untuk main solo. Kalau tanganmu memukul ji, ada kesadaran Sang Liyan yang menyertaimu memukul ji . Di kanan juga di kiri. Sang Liyan yang di luar tanganmu tetapi menyelaras dalam tanganmu. Tapi mungkin metode keselarasan demikian ini terlampau rumit dipahami masyarakat muda. Sesuatu yang sebenarnya sangat sederhana. Di kampus tempat saya pernah kuliah, a...
Impresi-impresi aneh selama menjadi pembaca (dan penulis)