Tidak ada musik mengalihkanku, tidak ada Tuhan memberi tanda. Tidak ada kekasih untuk kupercayai, tidak ada waktu untuk kuharapkan. Malam sudah terlambat berhari-hari. Kita menunggu kedatangannya dari panggilan tuwu yang kecewa, melintang dan kembali. Kengerian dalam konser suara gaduh di kepalaku mendekatkan kota ini ke ujung hidung. Bau hari esok memudar seketika kukenali wujudnya bagai tirai hijau berlapis dan tipis. Aku cuma menerka, menerka, menerka. Bayang-bayang aneka makhluk dengan kepala dan tubuh. Silih berjalan dan mengambang.
Seketika beban ini menimpa mata dan punggungku, aku hanya merindukan kegelapan dan mimpi. Di luar sana, orang-orang lelap dan tidak lagi menghitung. Tidak lagi keberatan. Aku mengangankan hidup yang jauh. Keyakinan akan luka dunia dan lukaku sendiri. Aku ingin menjadi pembaca yang sunyi, ikhlas dan bisu. Dunia ini telah menyiksa kedua mataku dengan wajahnya yang buruk rupa. O, Tuhan, mengapa Kau menciptakan makhluk buas itu? Di antara kesenyapan atau keriuhan, aku selalu mendengar siasatnya. Dan malam ini, sekian penantian dan keingintahuanku. Alangkah melelahkannya tugas hidup ini. Dunia berbisik lagi entah kepada siapa. Apakah aku sanggup membocorkan rahasia ini? Orang-orang yang ratusan tahun menghuninya mungkin telah membawa kengerianku ke dalam kubur. O, Tuhan, alangkah dinginnya tanah-Mu !
Suatu Kuasa harusnya menahanku menulis. Dari dalam sini. Dari dalam sini ! Apakah kedamaian atau kesunyian yang kumaksud untuk meredam diriku. Jiwa ini. Setiap kali Kau mengingatkanku akan Perjanjian itu, seolah akan kudapati wajah yang lain dari sudut sempit ini. Hanya aku. Tidak ada suaraku sendiri berani memecahkan ketiadaan ini.
2019
Seketika beban ini menimpa mata dan punggungku, aku hanya merindukan kegelapan dan mimpi. Di luar sana, orang-orang lelap dan tidak lagi menghitung. Tidak lagi keberatan. Aku mengangankan hidup yang jauh. Keyakinan akan luka dunia dan lukaku sendiri. Aku ingin menjadi pembaca yang sunyi, ikhlas dan bisu. Dunia ini telah menyiksa kedua mataku dengan wajahnya yang buruk rupa. O, Tuhan, mengapa Kau menciptakan makhluk buas itu? Di antara kesenyapan atau keriuhan, aku selalu mendengar siasatnya. Dan malam ini, sekian penantian dan keingintahuanku. Alangkah melelahkannya tugas hidup ini. Dunia berbisik lagi entah kepada siapa. Apakah aku sanggup membocorkan rahasia ini? Orang-orang yang ratusan tahun menghuninya mungkin telah membawa kengerianku ke dalam kubur. O, Tuhan, alangkah dinginnya tanah-Mu !
Suatu Kuasa harusnya menahanku menulis. Dari dalam sini. Dari dalam sini ! Apakah kedamaian atau kesunyian yang kumaksud untuk meredam diriku. Jiwa ini. Setiap kali Kau mengingatkanku akan Perjanjian itu, seolah akan kudapati wajah yang lain dari sudut sempit ini. Hanya aku. Tidak ada suaraku sendiri berani memecahkan ketiadaan ini.
2019
Komentar
Posting Komentar