Engkau laut, aku hanya kapal-kapal hantu
Perahu nelayan pukul tiga pagi
Menarik kembali ujung jala yang koyak
Burung laut hitam mengirim suara kegelisahan sepanjang dadamu
Memanggil dadaku karam kepadamu
Adakah kau dengar seorang bocah menangis
Menggendong boneka robek
Berjalan di pasir kerang - memandang kepergian
Atau kepulangan
Yang tak bisa ia cegah
Lumpur dan bau ikan mengeras di pundaknya
Kutarikan firasat buruk perempuan di kakinya
Kerang-kerang putih menanggalkan kelopak
Seperti mawar menanggalkan kelopak
Di akhir musim
Seperti kidung, di pusarnya tuhan menulis hayat
Mengekalkan yang telah dan hadir kembali
Tentang kota baru dalam mimpi seekor siput yang putus asa
Berabad-abad menyeret dunia di punggungnya
Berabad-abad menyeret dunia di punggungnya
Kau bernama seperti patok-patok tanah pantai
Tangan angin memegangmu erat dan memilikimu
Adakah kau menamainya juga: bayangan
Yang mengiringi bayanganmu ke sisi bulan
Di puncak musim yang renggang
Menjaga waktu di mercusuar
Ingin sekali aku menjelma ranting pohon yang terdampar
Oleh ombak yang kacau dan tak peduli
Mengikuti cahaya matahari penuh harapan
Menanamkan anak-anaknya ke bumi
Seperti benih ke tanah
Seperti benih ke tanah
Seperti mani senggama
Dua puluh empat perahu menyebar
Dua puluh empat perahu menyebar
Dua puluh empat malaikat mengayuh papan panjang
-
Namun setiap pagi di sebuah kampung asap
Aku melukis dua belas perempuan
Menjatuhkan tirai bayangan di kamar - seperti mata
Menjatuhkan tirai bayangan di kamar - seperti mata
Meneteskan garam ke air laut
Lalu pulau-pulau pecah menyaksikan kata-kataku
Angin, akankah mendatangkanmu kembali
Lalu burung-burung menyambutku dengan iman yang penuh
Seolah tanganmu likat menyibak rimba basah
Yang menerima mayat-mayat pelayaran buangan ini
Dan menyimpannya seperti memeluk kekasih
2018
Komentar
Posting Komentar