maka kubiarkan kesedihan melangkah, mendekati segalanya, pohonpohon diam, toko-toko terbuka, di jantungku suara-suara pekerja yang kalah, memantuli tembok demi tembok kotamu, jam-jam sibuk kotamu ingatan nama jalan menghantui pelukan, orang-orang mengejar kecemasan, di tepian, di sebuah persimpangan api memercik, seorang pengrajin besi yang teliti menambal hatinya sendiri ke sebuah pintu, putih, separo jadi –rumah orang lain, di bibirnya peluh mengendap jadi kata-kata, menghitam seperti sebuah nama, ingatan adalah roda yang berjalan, sendiri, di lengang jalan kota ini, kota yang terlalu meyakinimu, sampai ke batas hitam nasib, sebuah plaza yang telah jadi abu, telah jadi abu Surabaya,
2017
Komentar
Posting Komentar