Pagi ini saya libur mengajar. Sejak semalam saya diliputi firasat malas. Semakin dekat sekolah saya semakin ingin balik pulang. Duh, saya benci kalau firasat saya benar. Saya jadi menumpuk alasan menyombongkan diri.
Saya manusia-tanpa-rencana-asik akhir-akhir ini. Dan saya merasa sangat terganggu. Sebabnya adalah saya sedang menunggu kabar jauh. Jadi saya kehilangan hasrat untuk menikmati hari. Saya buru-buru ingin mencapai kejauhan itu. Jarak dari sini ke sana jadi saya tepikan. Ibarat perjalanan, saya dibutakan oleh tujuan. Sial. Saya jadi melewatkan banyak sekali: pulau-pulau jalan, monumen kota, orang-orang aneh yang kebetulan bertemu di lampu merah - sebuah keintiman yang dalam dan luput. Sial.
Jelas ini bukan diri saya. Sanjungan bagi mereka yang bisa hidup dengan titik target. Saya menyerah. Saya bisa terbunuh dengan jalan ini. Apakah saya lebih pengecut dibanding orang-orang itu?
Saya cuma ingat menikmati hidup sebagai momen. Membiarkan diri saya dipeluk ketidaktahuan dan terus menunggu sebuah kejutan. Saya naik tangga, tidak melihat lantai di atas sana. Saya naik, naik, naik, menghikmahi setiap anak tangga. Mungkin sebenarnya saya tidak ingin mencapai lantai di atas sana. Saya suka naik saja. Naik, naik, menghikmahi setiap anak tangga.
Komentar
Posting Komentar