Saya ceritakan pada seseorang bahwa di waktu kemarin saya merasa sangat menginginkan sesuatu. Saya takut membayangkan air wajahnya ketika mendengar cerita saya itu. Karena keinginan yang kuat juga bisa membuat seseorang jadi serakah. Saya takut jadi serakah.
Saya memutuskan untuk mengembalikan keinginan saya kepada rumahnya. Saya khawatir juga kalau-kalau keinginan itu tersesat, tak bisa pulang, jadi gelandang di jalan-jalan. Saya berdoa pagi, siang, malam. Semoga ia sampai dengan selamat. Dan ternyata ia sampai di waktu yang tidak bisa lebih tepat dari itu. Saya seketika merasa miskin. Saya memulangkan keinginan saya dan kini tidak punya apa-apa lagi. Ternyata keinginan itu berlapis-lapis. Saya mengira Tuhan mengabulkan doa saya dengan mengamankan kepulangan keinginan saya pada rumahnya. Dan dengan begitu, Tuhan meniup saya jauh darinya. Keinginan saya tidak berhak saya inginkan lagi.
Duh, jagat. Kapan saya berdoa demikian khusyuk, di waktu yang mana, sehingga Tuhan mengabulkan doa saya sedemikian luar biasa. Saya ingin tahu, sebab sekarang saya ingin mengganti kalimat permohonan itu. Saya lupa bagaimana saya merayu Tuhan kemarin. Kenapa saya tidak merayu-Nya untuk kalimat yang lain.
Komentar
Posting Komentar