Saya baru katakan pada seorang Eropa bahwa saya tidak sedang
berharap. Dia bertanya tentang apa yang hendak saya harapkan ke depan. Saya
awalnya menjawab entahlah. Tapi saya menambahkan pula, saya sedang tidak
berharap. Lalu dia menambah, kenapa apa sudah tidak punya harapan?
Saya tertawa. Saya terpikir mungkin diksi harapan yang dia gunakan (dan saya
gunakan) punya ganti yang lebih tepat untuk mewakilkan maksud pertanyaannya.
Saya jadi mengingat-ingat, harapan: expectation,
hope, willing, wish, dan yang lain. Saya berpikir lagi, mungkin memang itu
benar maksud pertanyaannya.
“Saya sedang tidak berharap.” Saya katakan padanya, ya,
sudah tidak ada harapan.
“Sekarang saya tidak mau lagi berharap. Saya bergerak saja.
Sudah tidak perlu berharap. Saya Cuma bergerak saja.” Saya katakan itu sambil
tertawa. Mengangkat alis.
Lalu kami menyeberang.
Karena sisi yang kami ambil cukup merepotkan. Saya spontan
saja menggumam, kita ke sana, kita ke sana lewat mana. Ternyata dia menyahut.
“Lewat, ya, pokoknya bergerak saja.” Dia membuang puntung
rokoknya. Mengangkat alis.
Saya menerka sejauh apa dia mengenali diksi bergerak dalam kalimat saya.
Komentar
Posting Komentar