Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2019

Tabah Sampai Akhir

Kakek saya seorang tentara angkatan laut. Berpuluh tahun lalu, ia di dalam kapal selam negara menggumamkan wira ananta rudira dalam hati. Tabah sampai akhir. Sambil awas kalau radar, yang besarnya memenuhi enam puluh persen ruang mesin itu, menangkap benda-benda ganjil. Tabah sampai akhir. Seandainya diselami, maka kalimat itu mungkin juga seperti samudra, yang biru namun hitam dasarnya. Dan kita bertaruh sampai batas dada kita menampung udara. Apa yang lebih membebani hidup ini selain ketabahan? Di antara kemungkinan yang mahaluas, kita berkali-kali menabrak dinding batas. Tampak dan tidak tampak. Kita merasakan sakitnya, merasakan darah kita sendiri. Dan apakah kita memilih menjelajahi rimba ini dengan tunduk pada rasa sakit, atau mengobatinya dalam kesenyapan, kita mengukur panjang bumi ini dengan kaki dan tangan kita. Suatu hari kita mengukur tinggi langit itu juga, dengan kaki dan tangan kita. Dan kita memanggul ketabahan di pundak. Sampai bongkok. Apakah ia akan menjelma s...

Catatan tentang Cerpen "Tunggu Aku di Pojok Jalan Itu"

Jika ditanyakan seorang prosais Indonesia yang mungkin berpengaruh besar pada ruang renung saya, salah satu jawabannya adalah Iwan Simatupang. Saya tidak banyak membaca, tapi dua karya Iwan, Ziarah (novel) dan Tegak Lurus dengan Langit (kumcer), langsung membangun kamar khusus di kepala saya sejak pertama kali membacanya delapan tahun lalu. Satu yang paling sering saya baca ulang adalah cerpen "Tunggu Aku di Pojok Jalan Itu" (dalam  Tegak Lurus dengan Langit)  . Saya ingat meminjam buku di ruang baca kampus. Jilidannya sudah rusak. Saya baca cerpen itu di kantin fakultas, di bawah pohon mangga, di sisi sungai yang mengalir dari selatan ke utara. Lalu hati saya mendadak gerowak di akhir cerita. Ada kegelapan pada dua tokoh yang gagal saya jangkau. Seorang laki-laki dan seorang perempuan. Seorang suami dan seorang istri. Sehampar, seceruk, setusuk warna labirin dalam negosiasi dan diplomasi yang asing, halus, dan tidak terbantah antara mereka. Saya tidak pernah tahu b...

Hopla