Dalam hati saya ini, berkamar-kamar. Berderet dalam sebuah arena lingkaran labirin. Ada pintu-pintu kecil, menghubungkan kamar satu dengan yang lain. Ada pintu-pintu yang tak pernah terbuka, menuju sebuah kamar utama di titik pusat arena. Seseorang yang tanpa sengaja membukanya, seharusnya punya etika untuk menghormati kesulitan pintu itu. Meski ia tidak sengaja. Saya heran, bahwa di dunia ini ada juga kesempatan bagi saya melihat pintu itu terbuka. Sebab saya pun mencari cara menuju ke sana. Saya takjub. Tapi tidak mungkin bagi saya berjalan dan tinggal di kamar itu sendiri. Sebab bukan saya juru jalannya. Saya pun tersesat dalam hati saya sendiri. Kalau sampai hari ini, setelah saya lihat pintu kamar itu terbuka, tapi saya masih merasa berjalan sendiri, mungkin ada baiknya saya berpikir ulang. Mungkin ia cuma orang iseng. Tidak bisa dipersalahkan. Tapi ada baiknya, saya mengirim angin, agar pintu itu tertutup kembali. Sebuah kamar kosong yang terbuka, bisa mengundang hal-hal buru...
Impresi-impresi aneh selama menjadi pembaca (dan penulis)