Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2018

Lilin Menyala

perempuan, mencari jejak apa, di atap sepasang hujan berdansa, dan kaudengar bunyi ciuman, seperti cambuk yang membuka luka di tanah, tubuhmu lilin menyala, sepanjang malam, kau menjaga kota dari perjalanannya - yang sia-sia, menunggu kabar siapa, perempuan, penantianmu adalah bulan gerhana di dermaga pantai lama, adalah karikatur koran, setelah seratus nama mayat kapal tenggelam, mengutus seorang laki-laki buta membaca kotak hitam, kau diam-diam meleleh menjelma lantai dingin, sampai hatimu habis, dipeluk, dibebaskan, angin yang datang-pergi seperti ingatan 2018

Jadi Cinderella

Han, susah ya jadi Cinderella. Yang baik dan lembut hatinya. Sementara kita terburu-buru dibayangi kedatangan seorang peri penolong dan pangeran yang neriman. Semua itu tidak ada. Tapi aku masih ingin jadi Cinderella. Yang lemes tapi jejeg. Mingkem dan mendem. Mendem dan mendem. Bagi dirinya sendiri. Han, jangan marah padaku. Aku akan menolong diriku sendiri setelah menolong orang lain. Jangan marah kalau aku ngalem dan lemes. Sebab rasanya dada ini berlubang, tembus ke belakang. Aku jadi sundel bolong yang tidak bisa terbang dan ketawa hihihi. Aku tidak bisa ketawa sama sekali. Makanya biar aku jadi Cinderella saja. Yang akan menolong dirinya sendiri dan menolong orang lain. Aku tidak minta dikirimi ibu peri dan pangeran. Aku cuma minta jangan marah padaku. Jangan marah padaku sebab diam-diam mulutku ini pingin sambatan. Dan tanganku sering kupandangi: kosong. Han, Kamulah Segalanya. Di tanganku tidak ada apa-apa. Sementara lubang itu isinya, cuma satu kalimat. Kok begini ya?  -...

Hopla